#PUTIHABU: Buku Tahunan

oleh - April 19, 2016



Akhirnya, Ujian Nasional tahun ini selesai dilaksanakan. Pas gue liat beritanya di televisi, gue langsung keingetan sama masa-masa SMA gue sebagai anak yang paling pendiam seantero jagad SMA gue (dulu, sekarang, dan mungkin juga nanti.. -_-) . Tahun lalu, gue juga ngerasain hal yang sama. Terlebih, sekolah gue dijadiin sebagai kandang kelinci percobaan buat UN sistem CBT ( Computer Basic Test / Tes Basis Komputer). Pelajaran  yang ditakuti saat itu tentunya Matematika.

Setelah Ujian Nasional, anak-anak OSIS SMA gue pada riweuh, mutusin hal apa yang bakalan jadi kenang-kenangan selama di SMA. Jadilah mereka semua mondar-mandir kelas buat jejak pendapat. Dan didapatkanlah keputusan bahwa angkatan kami akan bikin buku tahunan.
Setelah jejak pendapat, anak-anak OSIS makin rajin lagi datengin kelas-kelas. Padahal dulu, sebelum mereka menyerang, kelas kami tenteram dan damai. Namun setelah mereka ada, kami kuwalahan buat menentukan orang-orang yang 'ter' di sekolah. Mereka berkoar-koar dan nagih uang buku tahunan. Dalam sehari, hal itu terjadi hampir ribuan kali. Saat jejak pendapat, dengan berat tangan, gue menulis di kertas. Sialnya, setelah gue tulis daftar nama orang-orang yang gue pilih, mereka malah mengganti daftar namanya. Makanya, kertas gue lempar dengan kesel. Dan terpaksa gue harus ngerobek buku gue lagi.. -_-

Setelah itu, tahap jejak pendapat belum berakhir. Masing-masing kelas harus milih tema buat foto di buku tahunan. Dengan sedikit cekcok di bagian awalnya, kelas gue akhirnya memilih tema yang spektakuler: Elegance Black!. Hari itu juga, sepulang sekolah, gue langsung ngubek-ngubek seluruh isi lemari baju gue. Gue gak menemukan dress warna hitam sama sekali karena emang gue gak punya. Maklum, gue adalah orang yang miskin soal fashion. Dengan terpaksa, gue pinjem bajunya temen gue.

Hari H buat pemotretan pun tiba. Gue dateng ke rumah temen gue sesuai waktu yang di tentukan, jam 1 siang. pas gue dateng si empunya rumah belom mandi. Pas nyampe dirumahnya gue keingetan kalo gue gak punya jilbab item juga. Terpaksa gue harus minjem jilbabnya lagi, dan langsung gue setrika dengan setrika yang juga gue pinjem dari si empunya rumah. Sembari nungguin kedua orang temen kami yang belum dateng. Pas kedua orang itu dateng, si empunya rumah juga selesai mandi. Kami langsung buru-buru ngedempul dan ngamplas muka pake make-up. Si empunya rumah malah nawarin diri buat ngedempul muka gue, karena emang gue gak bisa. Setelah selesai, gue bandingin wajah gue dengan wajah mereka, hasilnya beda banget, padahal make-up-nya bareng dan pake produk yang sama! (-_-)

Kami langsung menuju lokasi pemotretan abis ngedempul muka. Kebetulan gue juga gak punya sepatu warna hitam, jadilah lagi-lagi gue minjem sama si empunya rumah (-_-"). Setelah sampai di lokasi, ternyata yang laen belum ada siap. Mereka MASIH ngedempul wajah mereka dengan make-up, tapi dengan bantun orang luar. Terpaksa yang udah sip nungguin yang belom kelar dengan perut yang keroncongan. Bahkan temen gue ada yang hampir pingsan.
Singkatnya, pemotretan dimulai jam 10 (NGARET 7 JAM!). Kami terpaksa berfoto dengan muka keriputan akibat kelamaan nunggu. Pemotretan selesai jam 11. Bukan waktu yang pantas buat anak SMA keluyuran. Tau sendiri lah, pas gue nyampe rumah. Emak bernyanyi dengan merdunya. Iringan soundtrak rintik-rintik hujan yang deras menambah nanar nasib gue...
Sekarang, setahun sudah berlalu. Buku tahunan itu belum ada juga. Mungkin ditelan monster berlendir, atau jatuh ke lembah Grand Canyon, ataupun hanyut di Sungai Mahakam. Entahlah, sampai sekarang, nasib buku tahunan angkatan gue masih merupakan misteri.. m(_ _)m (-_-")

Baca Juga

0 komentar

Apa yang ada dipikiranmu?. Yuk, sharing bareng!. Komentar yang dikirim akan dimoderasi terlebih dahulu oleh tuan rumah. Silahkan sertakan link blogmu (jika punya). Terima kasih telah berkunjung! ♥