Review Film: Theatre: A Love Story

oleh - Agustus 16, 2021

 

Movie time!
[WEHEARTIT.COM]

Pandemi yang masih berlangsung kadang memang bikin bingung. Mau nonton di bioskop, harus pakai masker lah. Nongkrong sama teman-teman pun juga ikut susah. Maka menonton film masih menjadi salah satu kegiatan yang gue lakukan untuk membunuh rasa bosan. Salah satu film yang ingin banget gue nonton sejak tahun lalu ialah Theatre: A Love Story
Pasalnya film ini menggambarkan perbedaan yang cukup menonjol pada Kento Yamazaki. Buat penggila dorama, Yamaken (begitu seringnya dia disapa) dikenal lebih sesering memerankan cowok dengan tabiat yang good boy atau soft boy. Di sini, dia memerankan sosok cowok yang lumayan egois dan lebih mementingkan diri sendiri. 

Dari bocoran tersebut lah, gue sangat tertarik untuk nonton film satu ini. Mengingat topik yang diangkat cukup menarik, yaitu soal hubungan sepasang anak muda yang terkesan "timpang".

Berbekal rasa penasaran yang cukup tinggi, akhirnya gue memberanikan diri buat nonton trailer-nya sejenak. Dari sana, sedikit banyak gue mendapatkan gambaran bahwa Yamaken memang mengalami perkembangan karakter secara perlahan. 

Sekilas Informasi

Gambaran kedua karakter utama: Nagata dan Saki.
[THEJAPANTIMES.COM]
Judul: Theatre: A Love Story
Tahun Rilis: 2020
Pemeran Utama: Kento Yamazaki (Nagata), Mayu Matsuoka (Saki)
Genre: Romance. Drama

Sinopsis

Kisah cinta Saki dan Nagata.
Film ini dibuka dengan penggambaran hidup seorang pemuda yang bernama Nagata. Dari segi karakter, Nagata ini merupakan sosok pemuda yang penyendiri dan kurang suka bergaul sama orang banyak. Padahal, Nagata ini bisa dikatakan cerdas, loh. Dia merupakan seorang penulis skrip teater yang sangat memuja originalitas sebuahkarya. Suatu hari, dia bertemu dengan seolah perempuan yang bernama Saki. Saki sendiri merupakan sosok mahasiswi mode yang punya kepribadian ceria dan penyayang. Saki sendiri bercita-cita untuk menjadi aktris. Perlahan, keduanya mulai dekat. Gak lama kemudian, mereka pun mulai menjalin asmara. Nagata pun pindah dan tinggal bersama Saki di sebuah apartemen kecil bersama. Singkat cerita, Nagata mengajak Saki untuk bergabung di projek teaternya. Hal ini dikarenakan latar belakang Saki yang ternyata pernah menjadi anggota klub tater saat SMA. Teater tersebut terbilang sukses karena banyak mendatangkan penonton. 

Tapi anehnya, walaupun sudah 'numpang' tinggal di apartemen Saki, Nagata sama sekali gak mau ikut berkontribusi dalam tagihan. Hal ini dikarenakan ia kesulitan dalam menghasilkan uang. Dari situ lah mulai terlihat sedikit gejolak batin dalam diri Saki. Di mana dia mulai merasa terbebani. Pun juga Nagata yang perlahan makin merasa bahwa dirinya insecure terhadap semua yang Saki lakukan untuknya. Hebatnya, meski mengalami beban pikiran yang lumayan berat, Saki masih tetap memberikan semuanya buat Nagata. 

Ada saat-saat di mana Nagata terlalu jauh masuk ke dalam kehidupan personal Saki. Hingga Saki mengalami gangguan kesehatan dan harus kembali ke kampung halaman, sampai meniti karir di sana.  Namun berkat itu semua, Nagata mulai menemukan titik terangnya sendiri. Yaitu tetap mengabadikan kisah cinta mereka dalam bentuk sebuah karya. 

Ulasan

Saki dan Nagata yang menghabiskan waktu bersama.
Menurut gue sendiri, film ini menyajikan kisah cinta yang cukup 'berat' untuk kalangan anak muda. Walaupun ya memang, di kehidupan nyata kita pasti terdapat banyak 'Saki' dan 'Nagata' lainnya. Melihat peran Yamaken di sini, jujur aja agak membuat gue gamas dan kadang ngedumel sendiri. Seolah-olah penonton juga diajak untuk merasakan apa yang Saki rasakan dari sudut pandang Nagata sebagai narator. Terlebih, di sini, Nagata memiliki kesan sebagai cowok yang seolah-olah 'beban banget', bahkan dia juga sulit menerima pujian atau kritik. 

Namun di sisi lain, sebagai seorang yang kurang pandai bergaul seperti Nagata, gue juga bisa memahaminya dari sudut pandang Nagata. Semua egonya terbangun dari rasa kesepiannya, itulah juga yang membuatnya dijauhi oleh beberapa temannya. Seolah-olah menjadi konflik intrapersonal tersendiri buat tokoh Nagata.  Terlebih, saat membandingkan apa yang Saki berikan ke dirinya serta bakat yang dimiliki Saki, semakin insecure-lah si Nagata ini dalam menjalani kehidupan. Dia seolah kehilangan arah.

Di sisi lain, karakter Saki yang polos dan gak enakan juga membuat gue agak gemas. Walaupun sudah terkesan seperti dimanfaatkan Nagata, dia masih terima-terima saja. Perlahan karena dia sulit menyuarakan isi hatinya, semua beban itu jadi menumpuk. Sebagai perempuan, melihat hal seperti itu rasanya jadi miris. Namun keputusan Saki di akhir film terbilang tepat, jadi gue gak begitu kecewa. 

Salah satu adegan favorit gue ialah saat Nagata membonceng Saki. Dalam adegan tersebut Nagata mempertanyakan soal keberadaan Tuhan di alam semesta. Menurut gue hal tersebut adalah hal yang indah, menyentuh dan agak menyedihkan. Soalnya secara gamblang, Nagata bercerita mengenai apa yang ada dipikirannya. Pun begitu juga dengan adegan penutup di menit-menit terakhir. 

Selain itu, ada banyak juga pelajaran yang bisa diambil dari film ini. Salah satunya ialah bagaimana proses pengolahan fenomena yang ada dalam di kehidupan nyata dikemas dalam bentuk teater. Teater adalah panggung kecil gambaran kehidupan. Setiap karakter punya peran, kita semua punya dialog dan alur cerita sendiri-sendiri. Bisa jadi juga, setelah kita menonton teater, apa yang kita lihat bakal kita lihat bahkan kita alami di dalam kehidupan. Seolah-olah punya siklus yang terus menerus berulang. 

Film ini juga kembali menyadarkan kita soal makna asli dari keberadaan, rasa percaya, rasa simpati dan pengertian satu sama lain. Juga mengenai beberapa konflik yang terlihat kecil namun nyatanya rumit di dalam relasi kehidupan kita sebagai manusia. 


Rating
♥♥♥♥♡

(4/5)
Great!

Baca Juga

2 komentar

  1. Alasan utama nontonnya related bgt wkwk, nice review

    Makasseehhh XD

    BalasHapus
  2. Baru saja habis nonton, scroll scroll ketemu filmnya si bang yamaken, tanpa pikir panjang ya kan, niatnya sekedar nyari streamingan ringan untuk mengisi waktu rehat, eh justru dibawa semakin tenggelam kedalam cerita yang semakin berat. Pembawaan karakter nagata dan saki benar benar membuat saya naik roller coster, ending cerita yg bener bener puncak klimaks, walaupun awalnya agak bingung dengan intetpretasi endingnya

    BalasHapus

Apa yang ada dipikiranmu?. Yuk, sharing bareng!. Komentar yang dikirim akan dimoderasi terlebih dahulu oleh tuan rumah. Silahkan sertakan link blogmu (jika punya). Terima kasih telah berkunjung! ♥