Bumi Manusia, Sejarah dalam Roman

oleh - Januari 06, 2020

Membaca novel roman. 
[TUMBLR.COM]

"Pada setiap awal pertumbuhan, katanya, semua hanya meniru. Setiap kita semasa kanak-kanak juga hanya meniru Tetapi kanak-kanak itu pun akan dewasa, mempunyai perkembangan sendiri"
- Bumi Manusia oleh Pramoedya Ananta Toer

Novel ini ditulis oleh salah satu penulis yang berpengaruh bagi Indonesia. Namanya Pramoedya Ananta Toer. Kalo ditarik dari sejarah, beliau ini termasuk penulis angkatan 50-an. Satu dekade setelah periode Chairil Anwar. 

Banyak orang yang mengenalnya sebagai orang "gila". Demi terbitnya suatu karya, dia rela dikurung. Di penjara yang ada di Buru. Seakan dia tahu betul, tugas anak bangsa itu menjaga sejarah. Kalau perlu membagikannya ke generasi seterusnya. Memang gak langsung berbuah manis, yang dia lakukan sepadan dengan hasil. Buktinya, namanya banyak di singgung di pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. 

Awalnya, sama kayak buku sebelumnya, gue baca buku ini karena mau tahu aja. Ada apa lagi sih di zaman itu selain penjajahan?. Gimana revolusi Indonesia bisa lahir?. 

Sama sekali gak mengecewakan. Semua jawabannya terjawab di buku ini. Meski pada zaman itu, pemuda-pemuda belum menunjukkan perlawanannya secara gamblang. 

Detail Buku Fisik
Nama Buku: Bumi Manusia
Nama Pengarang: Pramoedya Ananta Toer
Tahun Terbit: 1980
Jumlah Halaman: 535 halaman
Dimensi: 13,5 cm

Deskripsi Asli

Roman Tetralogi Buru mengambil latar belakang dan cikal bakal nation Indonesia di awal abad ke-20. Dengan membacanya waktu kita dibalikkan sedemikian rupa dan hidup di era membibitnya pergerakan nasional mula-mula, juga pertautan rasa, kegamangan jiwa, percintaan, dan pertarungan kekuatan anonim para srikandi yang mengawal penyemaian bangunan nasional yang kemudian kelak melahirkan Indonesia modern. Roman bagian pertama; Bumi Manusia, sebagai periode penyemaian dan kegelisahan dimana Minke sebagai aktor sekaligus kreator adalah manusia berdarah priyayi yang semampu mungkin keluar dari kepompong kejawaannya menuju manusia yang bebas dan merdeka, di sudut lain membelah jiwa ke-Eropa-an yang menjadi simbol dan kiblat dari ketinggian pengetahuan dan peradaban. Pram menggambarkan sebuah adegan antara Minke dengan ayahnya yang sangat sentimentil: Aku mengangkat sembah sebagaimana biasa aku lihat dilakukan punggawa terhadap kakekku dan nenekku dan orangtuaku, waktu lebaran. Dan yang sekarang tak juga kuturunkan sebelum Bupati itu duduk enak di tempatnya. Dalam mengangkat sembah serasa hilang seluruh ilmu dan pengetahuan yang kupelajari tahun demi tahun belakangan ini. Hilang indahnya dunia sebagaimana dijanjikan oleh kemajuan ilmu .... Sembah pengagungan pada leluhur dan pembesar melalui perendahan dan penghinaan diri! Sampai sedatar tanah kalau mungkin! Uh, anak-cucuku tak kurelakan menjalani kehinaan ini. "Kita kalah, Ma," bisikku. "Kita telah melawan, Nak, Nyo, sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya."

(gramedia.com)

Ulasan

Cerita ini dibuka dengan kehadiran seorang pemuda pribumi yang bernama Minke. Banyak orang yang mengenalnya sebagai salah satu murid teladan HBS (Hoogere Burgerschool). Normalnya, sekolah itu adalah sekolah buat anak kalangan elit, contohnya anak petinggi. 

Suatu hari, Minke diajak seorang temannya, Robert. Mereka pergi ke rumah Tuan Mellema dan Nyai Ontosoroh. Di situ, awal pertemuannya dengan Anneliese. Putri bungsu keluarga kecil itu. Yang gak lain adalah adik dari Robert Mellema, teman baiknya Robert lain temannya Minke. Di situ, Minke mulai mengagumi Nyari Ontosoroh. Atas ketegasannya dan ketegarannya. Juga sama bidadari cantik yang pernah dikandungnya. Siapa sangka, perasaan Minke di kemudian hari terbalaskan sama Anneliese. 

Keluarga yang menurut Minke sempurna itu ternyata gak seperti yang terlihat di permukaan. Hubungan Minke dan keluarga itu menyeretnya ke berbagai problema. Pertama, Robert Mellema iri bahkan benci sama Minke. Kedua, soal kelakuan Mellema. Belum lagi soal Ayahnya gak gak suka dia berhubungan dengan Nyai Ontosoroh. 

Untungnya, berkat restu Bunda, Anneliese dan Minke bisa menikah. Tentunya setelah dia hampir dikeluarkan dari sekolah. Karena permasalahan akibat hubungannya sama keluarga Mellema. Tapi, kebahagiaan itu gak berlangsung lama. Anneliese tiba-tiba tergolek di kasurnya. Disitu Minke merasa was-was. Masalah gak sampe di situ, kehadiran istri sah Mellema seolah mempersulit semuanya. Khususnya hukum bagi Anneliese. 

Buku ini bukan cuma nyerempet soal politik. Lagi-lagi memberi wawasan soal masa penjajahan. Soalnya sulitnya tumbuh dan hidup jadi seorang pribumi zaman itu. Keji, pribumi bahkan gak bisa bernapas di tanah sendiri. Pramoedya mengulas semuanya dengan rinci. Begitu juga soal masalah yang lumayan berbelit itu.

Pramoedya Ananta Toer. 
[WIKIPEDIA.COM]

Gak kalah sama karya Multatuli, karya ini seolah membantu orang memasuki ruang waktu. Dan mempelajari apa yang terjadi waktu itu. Bahasa yang digunakan juga kurang lebih mirip sama Max Havelaar yang memang berasal dari masa itu. 

Kabar buruknya, lagi-lagi gue harus kembali memutar otak. Sama sekali gak sia-sia. Soalnya, berkat itulah gue berhasil jatuh cinta. Sama ilmu yang bisa membuat orang jadi lebih bijak. Juga sama sosok Minke yang digambarkan super perfek ini. Ada suatu gebrakan yang menyala-nyala di hatinya. Perasaan mau bebas. Rasa ingin membebaskan saudaranya setanah air dari belenggu penjajahan. Dia gak ingin diperbudak dan gak mau memperbudak. Meski buku ini baru ada tahun 80-an, kita bisa melihat jelas tentang tahun 1880-an. Semua yang ada terasa begitu hidup, karena napas penuh yang diberikan sang penulis buat setiap kata-katanya.

Dari seoeang tangan Pak Pram, buku ini lahir unuk membuka mata. Soal sejarah yang bisa kapan saja kita tinggalkan, bahkan lupakan sama sekali.

Kelebihan
- Banyak mengandung nilai moral dan budi pekerti
- Memuat banyak sejarah bangsa, khususnya di masa pra kemerdekaan 
- Memotivasi anak muda Indonesia untuk terus berkarya dan menimba ilmu 

Kekurangan
- Lagi-lagi soal bahasa Melayu yang mungkin agak sulit diterjemahkan generasi sekarang. 

Penilaian

❤️❤️❤️❤️❤️
(5/5)
Highly Recommended!

Kesimpulan
Barangkali masa lalu adalah hal yang mungkin kita lupakan. Namun hal itu gak akan terjadi waktu baca novel yang satu ini. Dari tokoh, dimensi ruang dan waktu, semuanya begitu kuat. Bahkan mampu menjerat mata. Untuk gak gampang lepas darinya. Pramoedya telah membawa impian murninya untuk membawa sejarah dalam setiap karya. Termasuk novel Bumi Manusia ini. Gue yakin introver, kita semua butuh bacaan berbobot buat mengisi hari. Dan gue rasa buku ini cocok banget untuk kita, sang pemegang masa depan bangsa!. 




Baca Juga

4 komentar

  1. Bukunya Pramudya Ananta Toer emang menarik-menarik ya.. ada juga Gadis Pantai sama Arus Balik juga dramatis banget dan kental kritik sosial pada masanya. Recommended juga itu..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya bener banget. Selain itu tema-tema karyanya beliau jarang banget dibahas di karya sastra sekarang. Makasih banyak buat saran bacaannya ya ;)

      Hapus
  2. Jadi pengen baca .... Penasaran sama kisahnya. Btw berat gak mbak bahasanya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Buat bahasanya sih, lumayan berat buat di zaman sekarang ya. Tapi secara garis besar tetap menarik kok, soalnya ada banyak wawasan di sana.

      Hapus

Apa yang ada dipikiranmu?. Yuk, sharing bareng!. Komentar yang dikirim akan dimoderasi terlebih dahulu oleh tuan rumah. Silahkan sertakan link blogmu (jika punya). Terima kasih telah berkunjung! ♥