Travelling untuk Kabur dari rutinitas?

oleh - Agustus 27, 2019

Perjalanan introver.
[LETTHEKIDS.COM]

Rutinitas yang kita kerjakan tiap harinya, mungkin bakal bikin kita bosan. Setiap hari bertemu dengan suasana kampus atau kantor yang sama. Ketemu dengan kawan-kawan yang sama, bahkan sampai bahan bercandaan dan omongan yang sama. Penat banget tuh ya rasanya. Sedangkan begitu balik ke rumah, kita juga menemukan hal yang sama. Otak kita lagi meraung-raung banyak pikiran.

"Butuh refreshing nih!", katanya sambil meronta pada raga yang menampungnya.

Abis itu, kebayang deh rincian dana yang bakal habis saat traveling. Akomodasi, kendaraan dan makan. Weits, yang ada malah tambah stres nih. Hehehe.

Sebenarnya, memilih tempat buat travelling gak perlu yang mahal-mahal. Untuk kita yang introver, paling gampang berwisata ke tempat umum yang suasana gak terlalu ramai. Sebut saja, perpustakaan atau taman kota yang penuh dengan bangku. Atau bisa juga minum kopi di kafe sambil bawa buku buat di baca sambil nikmatin senja a la anak indie. Bisa juga, ke pinggir sungai yang bisa jadi tempat untuk teriak-teriak buat menghilangkan rasa bosan. Intinya, kemanapun destinasi kita nanti, kita butuh yang namanya travelling.

Gue hidup berpindah-pindah sejak kecil. Udah pasti, kami banyak berkenalan sama orang-orang baru dan bahkan budaya yang baru. Kami juga banyak melakukan beberapa perjalanan selama kami berpindah-pindah. Salah satu perjalanan yang paling berkesan dalam hidup gue adalah perjalan gue dan keluarga berkeliling Sulawesi Selatan.

Waktu itu gue masih sekolah, dan kami tinggal di Makassar. Kami menyewa mobil buat melakukan perjalanan beberapa hari. Kami bertolak pagi hari, destinasi yang pertama kami tuju waktu itu adalah Kota Watampone. Sepanjang perjalanan, pemandangan yang terhampar benar-benar bikin mata gue terbuka. Takjub pada keindahan Sang Kuasa. Sawah-sawah kekuningan yang menghampar, udara yang sejuk, jalan berkelok. Ditemani dengan soundtrack tembang kenangan kesukaan orangtua gue, lagu-lagunya Siti Nurhaliza. Maka gak heran selama perjalanan gue hanya bisa mencuri-curi waktu buat tidur. Saking gak maunya melewati pemandangan yang luar biasanya itu. Belum lagi medan pegunungan yang kami lewati juga fantastis, naik, turun, berkelok-kelok. Rasanya fantastis. Sekitar 4 jam kami sampai ke kota tujuan. Kami kaget begitu melihat suasana kota itu, atmosfernya beda banget sama Makassar. Yang ramai dan penuh dengan deru kendaraan. Watampone lebih kalem, dengan jalan-jalan raya berukuran sedang dengan kendaraan yang ramai lancar. Kami menginap di sebuah guesthouse kecil. Meski kecil, guesthouse itu cantik. Dengan nuansa dominan putih dan pepohonan yang timbuh subur di sekitarnya. Dalam hati gak menyangka, bisa sampai sejauh ini dengan modah nekad dan GPS doang. Gak lupa begitu sampai, kami langsung mengisi tenaga diri dan kamera. Buat perjalanan yang selanjutnya.

Pagi-pagi kami jalan-jalan di sekitaran kota Watampone, kami singgah ke salah satu masjid dan pergi ke salah satu monumen. Herannya sampai sekarang, gue lupa sama sekali mengenai nama-namanya. Kami lalu bertolak ke Sengkang, kota yang berada dekat Danau Tempe. Suguhan pemandangan yang terlihat kurang lebih sama. Lagi-lagi yang hijau-hijau  menyegarkan mata. Begitu sampai di sana, kami menyempatkan diri buat foto di depan masjid yang terkenal di sana. Gak lupa, kedua orangtua gue beli kain sutra asli Sengkang. Mengingat telah banyak orang yang tahu bahwa Sengkang punya potensi sutera yang besar. Sehingga harga yang ditawarkan bisa lebih miring.

Setelah puas belanja-belanja di sana. Kami kembali buat beristirahat. Baru deh kami melanjutkan perjalanan ke kota selanjutnya, Parepare. Di sana, kami gak lupa berkeliling dan juga berfoto di Monumen Ainun Habibie yang juga merupakan primadona di sana. Menara tersebut merupakan simbol cinta mantan Presiden ke-3 RI, B.J. Habibie yang juga di lahirkan di Kota itu. Habis dari Pare-pare, baru lah kami balik ke Makassar, dengan pemandangan yang gak kalah menawannya ketika berangkat.

 Semenjak itu, gue percaya, bahwa memang refreshing itu sangat diperlukan oleh semua orang. Sampai sekarang juga gue masih melakukannya. Meski gak sering-sering amat. 


Dengan melakukan perjalan, setiap manusia telah membuat hidupnya lebih bermakna. Juga kaya akan pengalaman. 

Apa jadinya kalau seorang introver digabungkan dengan perjalanan? 

Menurut berbagai sumber referensi, berikut ini merupakan hal-hal positif yang dapat terjadi ketika sang introver melakukan perjalanan: 


  • Perjalanan adalah sarana baginya untuk mengasah rasa berani
Dalam mengambil keputusan akan sesuatu, setiap manusia harus memiliki rasa berani. Buat menyiapkan diri untuk keluar dari zona nyaman secara perlahan. Layaknya siput yang baru bangun kemudian perlahan menggeliat, ngucapin selamat pagi sama dunia. Seperti itulah proses buat mengumpulkan keberanian untuk niat. Setelahnya, baru kita menuju tahap yang lebih tinggi. Yaitu berani buat melakukannya. Dengan melakukan perjalan ini, introver bisa mengasah keberaniannya habis-habisan. Entah itu berani buat jalan sendiri, atau bahkan saat bertanya waktu salah jalan. Lewat perjalanan lah, nyali manusia bisa diuji.

  • Melakukan perjalanan dapat menjadi sarana untuk memiliki waktu berpikir lebih
Rutinitas yang semerawut dan lingkungan yang dikelilingi oleh orang-orang yang beranekaragam, mungkin membuat si introver mumet. Ya, bagi sebagian introver, noise itu sangat memusingkan. Kebisingan bikin kita gak tenang. Dilansir, dari Introvert Dear, ternyata travelling naik kereta sangat cocok loh, buat introver. Umumnya, naik kereta memakan waktu lebih lama ketimbang naik pesawat. Sehingga kita lebih bisa menikmati proses perjalanan yang panjang. Waktu pun bakal terasa lebih lama, dan juga bisa dimanfaatkan buat berpikir dan berimajinasi. Kereta di Indonesia memang belum ada di semua pulau. Tapi mencoba perjalanan ke kota lain naik kereta, dijamin gak rugi deh!. 

  • Self-improvement!
Siapa sangka kalau travelling bisa dijadikan sarana buat mengasah bakat?. Eits, bukan berarti gak mungkin loh. Justru pada saat travelling kita bisa memanfaatkan waktu melakukannya, apapun itu bakat kita. Misal kita punya bakat menulis, bukan berarti gak mungkin kita dapat ide tulisan baru saat travelling. Karena itu, kita jadi tergerak buat latihan menulis. Hasilnya, kemampuan kita bisa bertambah bukan?. Gak salah deh, kalau melakukan perjalanan merupakan hal yang patut dicoba, seenggaknya sekali seumur hidup.

  • Lebih mengenal diri sendiri
Pernah dengar kata bijak kalau hati bisa jadi penuntun buat diri kita?. Dengan hati, kita juga bisa mengenal dan lebih memahami siapa diri kita sebenarnya. Makanya, banyak orang yang bilang, kata hati gak akan bisa bohong. Biasanya, ketika melakukan perjalanan, kita senantiasa terlatih buat mengikuti kata hati. Terlebih kalau kita melakukannya sendirian. Kita harus menentukan ke mana kita akan melangkah hari, ini, besok dan seterusnya sampai waktu perjalanan kita berakhir. Dari tempat-tempat yang kita tuju itu lah, kita bisa jadi lebih mengenali dan lebih dekat dengan diri kita sendiri. Kita bisa tahu pola pikir dan juga berbagai ketertarikan kita. 

Apa benar kalau kita travelling berarti kita bisa kabur dari rutinitas dan realita?

Menurut gue, pemikiran ini bisa benar dan bisa tidak. Tavelling mungkin memang bisa jadi pelarian kita yang bosan sama rutinitas. Tapi, bukan berarti dengan travelling kita bisa seenaknya lepas dari tanggung jawab yang kita hadapi. Entah itu di kampus, kantor, atau di rumah. Jadi bakal lebih tepat kalau travelling bisa dijadikan sebagai sarana kita buat beristirahat sejenak dari rutinitas. Bukan sebagai sarana kita untuk lepas dari realita. 

Sedikit rencana soal kisah perjalanan

Meski bukan orang yang maniak buat melakukan perjalanan, gue selalu suka cerita orang-orang mengenai pengalaman perjalanannya. Gak peduli kemana pun dia. Kita semua juga tahu, kalau sejatinya hidup kita di dunia merupakan sebuah perjalanan. 

Dari pemikiran yang sederhana itu lah, tiba-tiba, beberapa waktu belakangan, gue mendapat sebuah ide. Buat menulis novel fiksi mengenai seorang gadis yang melakukan perjalan buat kabur dari segala permasalahan hidupnya. Dia menyebut masalah hidupnya sebagai katastrofa, karena masalah besar itu memang terjadi tiba-tiba, di saat dirinya ada di usia 20-an awal. Dan menurut ilmu psikologi, di usia tersebut manusia bakal mengalami yang namanya quarter-life-crisis. Masa-masa yang agak sulit mengenai apa yang bakal kita lakukan buat mengisi hidup kita selanjutnya. Masalah yang biasanya dialami bisa berupa karir, keuangan, hingga soal cinta. Fakta ini lah yang kemudian jadi ide penunjang gue dalam (rencana buat) menuliskan novel ini. Soal sinopsis lengkap, gue masih ragu buat membagikannya sekarang. Tapi bukan berarti gak mungkin. Dan keputusan sementara gue, mungkin gue akan membagikannya ketika cerita gue udah lebih matang. 

Sejauh ini, gue sudah berhasil menulis 34 halaman. Meski harus terhalang dislokasi tulang jari manis gue yang terjadi beberapa minggu lalu. Namun, gue tetap optimis kok, buat terus melanjutkannya. Sekarang sih belum, karena gue masih bolak-balik mengurus ini itu di kampus. Dengan pencapaian tersebut, gue harap gue gak akan puas, dan berharap nama gue bisa jadi satu dari jajaran nama penulis yang bisa mengisi hidup kalian. Rencanya sih, gue mau mencoba buat menerbikan buku secara indie. Gue belum tahu juga sih misal gue akan balik arah dan memilih buat ikut seleksi di penerbit besar. Apapun keputusan gue, gue berharap itu adalah yang terbaik nantinya. 

Kesimpulan

Melakukan perjalan bisa jadi sarana yang terpat buat kita yang introver, yang juga bosan sama rutinitas. Dengan melakukabn perjalanan kita bisa lebih berani buat menghadapi resiko yang mungkin akan menghadang di depan sana. Kita juga bisa punya waktu untuk menyendiri lebih. Meningkatkan bakat dan kemampuan kita, hingga lebih memahami juga mengenali siapa diri kita sebenarnya. Melakukannya, bukan berarti kita bisa kabur dari realita. Karena sesungguhnya, perjalanan adalah sarana buat kita untuk rehat sejenak sama hal-hal yang selama ini mengisi penuh pikiran kita. Berkepribadian introver dan berencana buat melakukan perjalanan?. Siapa takut!. Setidaknya, yuk kita coba travelling meski hanya sekali. Dijamin deh, pengalaman yang kita dapatkan bakal menambah warna hidup kita!.


Referensi:



Baca Juga

0 komentar

Apa yang ada dipikiranmu?. Yuk, sharing bareng!. Komentar yang dikirim akan dimoderasi terlebih dahulu oleh tuan rumah. Silahkan sertakan link blogmu (jika punya). Terima kasih telah berkunjung! ♥