Introvel (Introvert Travel): Ragunan

oleh - Juli 10, 2018

Introvel (Introvert Ttravel)
[img: GOOGLE.COM]

Jalan-jalan, meski gak sesering itu gue melakukannya, dalam setahun pasti bakalan ada momennya. Saat gue yang introver ini tiba-tiba melancong ke suatu tempat yang belum pernah gue kunjungi. Atau tempat yang udah pernah dikunjungi, tapi gue rindukan sensasinya.

Selama lebih dari 20 tahun gue hidup, ada suatu tempat yang dari dulu bikin gue penasaran. Karena dulu, tiap mau melancong kesana pasti gak jadi. Tempat itu adalah Kebun Binatang Ragunan. Kedengarannya memang norak, tapi kenyataan begitu kejamdan gak bisa dielak. Kebun binatang yang udah ada sejak zaman kolonial Belanda (1864) ini terletak di kawasan Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Gue harus bersyukur karena lebaran hari kedua kemarin gue berhasil ke sana sama keluarga. 

Perjalanan dimulai dari Stasiun Bojonggede, sekitar jam 11 pagi. Kami lalu naik ke kereta tujuan Jakarta Kota. Sekitar 30 menit lebih  kemudian, wajah stasiun Pasar Minggu udah keliatan aja. Hari itu pertama kalinya gue mengakhiri perjalanan di Stasiun Pasar Minggu. Dari stasiun, kami harus nyambung angkot lagi sekali. Jurusan Ragunan dan Taman Mini. Warna merah angkot makin menyala karena tersengat sinar matahari. Sama kayak rasa penasaran gue yang semakin menyala. Kepulan asap dan riuhnya kendaraan disepanjang jalan yang kami lewati menambah seru perjalanan. Meskipun gue gak begitu memperhatikan, karena gue... terlelap di perjananan. Salahkan angin sejuk di tengah teriknya matahari yang waktu itu menggoda gue sehingga gue terlelap. 

Setelah angkot meliuk-liuk melawan macetnya jalan saat lebaran, kami harus turun. Penjaja makanan, pejalan kaki, hingga busway yang mengantri menyambut kami. Kami telah sampai di tujuan. Setelah beli tiket seharga Rp. 4000,- , kami masuk ke area depannya. Satu patung kera super besar nongol dari kejauhan. Patung ini mengingatkan gue sama salah satu patung yang ada di Bantingmurung, Sulawesi Selatan. 

Begitu masuk, wah!. Gue benar-benar gak nyangka. Saat lebaran hari kedua, tempat ini malah melonjak ramainya. Meski gak sesesak kereta tujuan Bogor saat sore pas hari kerja. Semua masyarakat keliahatan antusias. Bela-belain datang, sehabis silaturahmi sama keluarga di hari sebelummnya. 

Lonjakan pengunjung saat itu.
Kami masuk dari pintu Utara. Kebetulan gak terlalu jauh sama kandang singa. Sebagai pembuka penjelajahan, kami lalu memutuskan kesana. Untuk ngeliat secara langsung kelakuan singa di alam bebas. 

Raja hutan, sedang santai di singgasana,

Gak jauh beda sama yang ada di NatGeo, singa Ragunan gak kalah gagahnya. Bedanya mereka keliatan lebih anteng dan enjoy saat kami berkunjung. Bak model yang sadar kamera, dia berpose di tempat teduh itu. Kami lalu kembali mencari kandang hewan yang menarik bagi kami. Karena gak ada semacam peta yang dibagikan buat tiap pengunjung, kami jadi agak kesulitan buat mencari.

Di salah satu kandang orangutan.
Tapi muter-muter ternyata gak sia-sia. Kami menemukan banyak kandang mamalia di sekitar sana. Salah satunya yaitu orangutan. Yang lagi asyik makan sesuatu yang kayaknya dibungkus plastik.

Makan siang.
Nampaknya, orangutan tambun ini gak begitu menghiraukan pengunjung yang heboh. Disaat pengunjung lagi asyik foto, sampai ada yang video call sama orang terdekat. Dia tetap sibuk sendiri. Orangutan itu juga gak banyak bergerak waktu itu. Sekalem yang ada di televisi.

Tengah hari udah menghampiri, sama kayak rasa lapar yang ada di perut kami. Kami pun melanjutkan perjalanan buat cari makanan. Pertama, kami beli kerak telor. Namun karena belum cukup, akhirnya pecel jadi pilihan. Suasana sejuk Ragunan seolah menyatu sama pedasnya pecel. Saat tenaga udah mencukupi, kami lanjut jalan lagi.

Sejuk-sejuk ramai.
Ternyata, tempt kami makan tadi gak jauh dari kandang burung unta. Kampi pun menyempatkan diri ke sana buat sekedar mengambil gambar. 
Dua burung unta yang lucu.

Karena bingung mau kemana setelahnya, kami memutuskan untuk ke Pusat Primata Schmutzer. Nama Schmutzer sendiri diambil dari nama perintisnya, yaitu Ibu Pauline Antoinette Schmutzer-versteegh.

Pusat Primata Schmutzer dari depan. 
Tampak depan tempat ini keliatan keren banget, Gak heran kalau saat sampai didepannya aja gue udah tertarik, Untuk biaya masuk sendiri, pengunjung dikenakan biaya sekitar Rp. 7.500,-. Begitu masuk, kami langsung menaiki tangganya. Rupanya tangga itu langsung tersambung dengan jembatan gantung yang ada disana. Udara sejuk karena pepohonan yang rindang langsung bikin gue betah berlama-lama.

Sejuknya suasana. 
Soal banyaknya primata disana, jangan diragukan lagi. Disana ada macam-macam spesies primata dari beberapa daerah di dunia. Ada owa jawa, bekantan, gorila, kera dan lainnya. Jenis kandangnya juga berbeda-beda. Ada primata yang diberi kandang kayu, ada yang kandangnya kaca, dan ada juga yang kandangnya cuma dihalangi tembok. 
Owa jawa di kandangnya.

Kandang kaca.

Gorila di alam bebas.
Rumput warna-warni.
Sudut kandang kaca.

Tanpa tahu arah jalan, begitu keluar dari sana, kami langsung mengarah ke suatu tempat. Sebuah gua yang keliatannya aga menakutkan dari luar. Kaarena penasaran, kami tetap memutuskan buat masuk. Begitu sampai di dalam,luar biasa!. Ternyata di dalamnya sejuk banget.

Begitu masuk ke dalam.
Satu hal menarik, didalam sana, ada banyak 'jendela kaca'. Kalau beruntung, kita bisa sekalian liat primata dari sana. Selain itu juga jalan yang menurun dan menanjak bikin kita serasa ada di hutan lindung beneran. Ada juga beberapa spot foto disana, kayak patung-patung binatang. Lantainya karpet, namun di beberapa area lantainya kaca.

Sekitar jam 4 sore, kami memutuskan untuk mengakhiri perjalanan. Ragunan yang areanya luas, bikin kaki rada gempor. Tapi kesejukan yang ada disana sebanding sama rasa lelah itu. Kami mengarah ke pintu keluar. Dipintu keluar, rupanya masih ada beberapa kandang satwa lagi.

Kawanan pelikan.

Kandang pelikan adalah salah satu dari kandang satwa yang dekat sama pintu keluar. Gak mau menyesal, langsung gue foto satwa unik itu. Kawanan pelikan yang cantik ini tampak lagi asyik nimbrung rame-rame. Saat di foto, gak ada salah satu dari mereka yang keluar dari kawanan. Semuanya punya geng masing-masing.

Kami sampai di stasiun Pasar Minggu sekitar jam 5 sore. Rasa puas dari kunjungan ke Ragunan mampu menutupi rasa penasaran gue selama ini. Terbersit keinginan gue buat kembali berkunjung ke tempat wisata lain di Indonesia. Tanah air yang cantik nan rupawan. 

Baca Juga

0 komentar

Apa yang ada dipikiranmu?. Yuk, sharing bareng!. Komentar yang dikirim akan dimoderasi terlebih dahulu oleh tuan rumah. Silahkan sertakan link blogmu (jika punya). Terima kasih telah berkunjung! ♥